Ibadah Kolektif Dalam Membangun Mimpi
November 03, 2019
Tambah Komentar
Dunia pendidikan saat ini mengalami perkembangan yang pesat, diranah ini ada peluang investasi yaitu Ibadah Kolektif Dalam Membangun Mimpi generasi muda agar mereka menjadi generasi yang siap mewujudkan mimpinya dimasa depan mereka.
Sekolah ataupun madrasah sering menjadi momok menakutkan bagi sebagian kaum milenial, dalam bayangan mereka sekolah telah merampas kebebasan mereka dalam mengambil keputusan penting dalam hidupnya.
Pandangan tersebut memang harus dilihat dari berbagai sudut pandang, karena bagaimanapun segala sesuatu dalam kehidupan dunia ini memiliki posisi dan porsinya masing-masing.
Bila akhirnya seorang anak merasa terampas hak menentukan hidupnya oleh sekolah, maka itu jangan dilihat sebagai bentuk dari kekeliruan pikir. Tetapi harus dimaknai sebagai protes mereka terhadap sistem pendidikan dengan proses yang memang terlalu membebani bahkan justru malah memenjarakan pikiran dan kekayaan ide mereka.
Ini harus menjadi perhatian serius bagi para pelaku yang menjalankan sisitem pendidikan di sekolah maupun madrasah. Mulai dari mata pelajaran yang terlalau dipaksakan, hingga mengedepankan genggsi lembaga ketimbang fokus mencerdaskan siswa yang perlu perhatian khusus dalam membangun kecerdasannya.
Secara sadar maupun tidak, orang tua justru malah memaksa anak-anaknya untuk serius disekolah. Yap, itu dengan harapan yang besar agar anaknya kelak menjadi anak pintar dengan penguasaan ilmu dan kedisiplinan tinggi. Dengan begitu mereka menganggap anak mereka akan sukses, baik dari harapan yang sederhana seperti "agar anaknya mudah mendapatkan pekerjaan selepas sekolah, hingga yang mengharapkan anaknya menjadi PNS, Doketer dan lain sebagainya".
Betul, itu bukan sesuatu yang salah. Tetapi, bila orang tua itu paham, bahwa apa yang telah membuatnya kehilangan banyak waktu adalah pekerjaan yang dia lakukan. Sebagai buruh, karyawan ataupun sebagai pegawai kantoran seperti bank dan dinas-dinas pemerintahan. Padahal itu bukanlah suatu pekerjaan, tetapi sebuah penjara yang telah menempatkannya dibawah perintah. Orang yang hidup dibawah perintah, bukanlah orang yang bebas, melainkan orang yang terpenjara.
Tidak sedikit kasus yang melibatkan anak-anak usia produktif yang jadi korbannya. Ketika orang tua sibuk dikantor menjalankan pekerjaannya sebagai seorang pejabat, stap atau lainnya, anaknya malah kehilangan hal paling berharga yang sebenarnya menjadi hak mereka. Hal berharga itu adalah kasih sayang orang tua, perhatiannya secara maksimal atas segala keluh dan gairah bahagia hidupnya.
Oleh karena itulah disini dikatakan, bahwa banyak orang tua tertipu dengan paradigma bahwa sekolah akan membuat anak-anaknya menjadi manusia bebas, sukses dan merdeka. Bukan, bukan seperti itu, sekolah atau madrasah harus ditempatkan sebagai sarana untuk melatih mental, kedisiplinan dalam hal mendorong, membangun dan mengembangkan potensi yang dimiliki setiap siswa. Bukan menyamaratakan mereka dalam pengetahuan dan karakter apalagi dalam kesuksesan hidup dimasa depannya.
Nah disinilah yang dimaksudkan, bahwa penyadaran harus mulai dilakukan oleh semua pihak dan secara husus oleh para pelaku yang menjalankan sistem pendidikan, baik formal maupun informal. Banyak hal harus mulai dibahas dan diperhatikan secara maksimal, mulai dari kurikulum yang terlalu menumpuk hingga sumberdaya manusia yang sering dipaksakan hanya sekedar untuk mengisyaratkan bahwa program telah dijalankan.
Jadi bentuk ibadah kolektif dalam membangun mimpi generasi muda saat ini adalah penyadaran bahwa sistem pendidikan yang sedang berjalan ini perlu dimaksimalkan. Pungsinya perlu diluruskan, kurikulum harus mulai dirampingkan dan aplikasi kurikulum itu harus berdasar pada semangat membangun, mengembangkan dan mendorong semangat anak didik dalam hal yang dia ingin kuasai.
Terima kasih
Sekolah ataupun madrasah sering menjadi momok menakutkan bagi sebagian kaum milenial, dalam bayangan mereka sekolah telah merampas kebebasan mereka dalam mengambil keputusan penting dalam hidupnya.
Pandangan tersebut memang harus dilihat dari berbagai sudut pandang, karena bagaimanapun segala sesuatu dalam kehidupan dunia ini memiliki posisi dan porsinya masing-masing.
Bila akhirnya seorang anak merasa terampas hak menentukan hidupnya oleh sekolah, maka itu jangan dilihat sebagai bentuk dari kekeliruan pikir. Tetapi harus dimaknai sebagai protes mereka terhadap sistem pendidikan dengan proses yang memang terlalu membebani bahkan justru malah memenjarakan pikiran dan kekayaan ide mereka.
Ini harus menjadi perhatian serius bagi para pelaku yang menjalankan sisitem pendidikan di sekolah maupun madrasah. Mulai dari mata pelajaran yang terlalau dipaksakan, hingga mengedepankan genggsi lembaga ketimbang fokus mencerdaskan siswa yang perlu perhatian khusus dalam membangun kecerdasannya.
Secara sadar maupun tidak, orang tua justru malah memaksa anak-anaknya untuk serius disekolah. Yap, itu dengan harapan yang besar agar anaknya kelak menjadi anak pintar dengan penguasaan ilmu dan kedisiplinan tinggi. Dengan begitu mereka menganggap anak mereka akan sukses, baik dari harapan yang sederhana seperti "agar anaknya mudah mendapatkan pekerjaan selepas sekolah, hingga yang mengharapkan anaknya menjadi PNS, Doketer dan lain sebagainya".
Betul, itu bukan sesuatu yang salah. Tetapi, bila orang tua itu paham, bahwa apa yang telah membuatnya kehilangan banyak waktu adalah pekerjaan yang dia lakukan. Sebagai buruh, karyawan ataupun sebagai pegawai kantoran seperti bank dan dinas-dinas pemerintahan. Padahal itu bukanlah suatu pekerjaan, tetapi sebuah penjara yang telah menempatkannya dibawah perintah. Orang yang hidup dibawah perintah, bukanlah orang yang bebas, melainkan orang yang terpenjara.
Tidak sedikit kasus yang melibatkan anak-anak usia produktif yang jadi korbannya. Ketika orang tua sibuk dikantor menjalankan pekerjaannya sebagai seorang pejabat, stap atau lainnya, anaknya malah kehilangan hal paling berharga yang sebenarnya menjadi hak mereka. Hal berharga itu adalah kasih sayang orang tua, perhatiannya secara maksimal atas segala keluh dan gairah bahagia hidupnya.
Oleh karena itulah disini dikatakan, bahwa banyak orang tua tertipu dengan paradigma bahwa sekolah akan membuat anak-anaknya menjadi manusia bebas, sukses dan merdeka. Bukan, bukan seperti itu, sekolah atau madrasah harus ditempatkan sebagai sarana untuk melatih mental, kedisiplinan dalam hal mendorong, membangun dan mengembangkan potensi yang dimiliki setiap siswa. Bukan menyamaratakan mereka dalam pengetahuan dan karakter apalagi dalam kesuksesan hidup dimasa depannya.
Nah disinilah yang dimaksudkan, bahwa penyadaran harus mulai dilakukan oleh semua pihak dan secara husus oleh para pelaku yang menjalankan sistem pendidikan, baik formal maupun informal. Banyak hal harus mulai dibahas dan diperhatikan secara maksimal, mulai dari kurikulum yang terlalu menumpuk hingga sumberdaya manusia yang sering dipaksakan hanya sekedar untuk mengisyaratkan bahwa program telah dijalankan.
Jadi bentuk ibadah kolektif dalam membangun mimpi generasi muda saat ini adalah penyadaran bahwa sistem pendidikan yang sedang berjalan ini perlu dimaksimalkan. Pungsinya perlu diluruskan, kurikulum harus mulai dirampingkan dan aplikasi kurikulum itu harus berdasar pada semangat membangun, mengembangkan dan mendorong semangat anak didik dalam hal yang dia ingin kuasai.
Terima kasih
Belum ada Komentar untuk "Ibadah Kolektif Dalam Membangun Mimpi"
Posting Komentar